Laila, Wanita di Atas Lanting

"Aku tak bisa memahami diriku, aku mengingkari, aku menyakitinya, tapi aku berharap pengorbananku ini bagus untuk semuanya. bagus untuk orang tuaku yang selalu mengkhawatirkanku, juga untuk dia yang kusayang, sungguh aku tak ingin menyakitinya, tapi aku harus agar dia bisa lebih bahagia lebih dari apa yang dialaminya denganku meski berat dan sangat menyiksaku" Laila tak bisa tidur malam itu karena desakan orang-tuanya, lelaki yang mendekatinya, juga kekasihnya yang
saat itu berjuang keras untuknya.

Laila sadar hubungannya dengan Yusran kekasihnya mungkin tak akan berjalan mulus karena orang tuanya telah memandangnya sebelah mata atau bahkan tak menganggapnya sama sekali, sudah pasti akan sulit atau mustahil mereka akan bersatu ditambah lagi berbagai fitnah yang datang seolah semakin memperburuk keadaan hubungan mereka. Orang tua Laila terus saja mendesak Laila untuk segera menikah yang bahkan Laila-pun tak tau apa alasan orangtuanya berbuat seperti itu, mungkin karena sudah begitu banyak lamaran lelaki yang datang dan ditolak begitu saja oleh Laila, hingga orangtuanya sudah tak sanggup menahan malu dan omongan dari lingkungan mereka yang begitu "kolot", Disamping semuanya itu ada seorang lelaki yang mencoba mendekati dan mengambil hati Laila. Lelaki itu bernama Badri yang lebih dulu kenal dengan orangtua serta keluarganya sehingga mudah baginya mendapat kesempatan untuk mendekati atau bahkan hanya sekedar mendapat nomor Handphone Laila. Laila sudah pernah mengungkapkan hal ini pada Yusran dan ke-tidak-senangaan-nya akan perbuatan Badri dan berusaha untuk menghindarinya.

Namun entah kenapa di malam itu Laila berpikir Badri tidak begitu buruk disamping dia mendapat restu dari orang tuanya dan keluarganya yang lain telah mengenal Badri sehingga akan mudah baginya menjalin hubungan dengan Badri dan mengabulkan permintaan orang-tuanya yang selama ini begitu menyesakkan hati dan jiwanya. timbullah kebimbangan Laila antara Yusran dan Badri. Namun disisi lain cintanya pada Yusran begitu besar meski dia tahu sulit bagi mereka untuk bersatu, bahkan hanya sekedar bertemu-pun begitu sulit karena orang tua Laila yang protektif mengingat Laila adalah satu-satunya anak perempuan mereka.

Tanpa disadari air mata Laila menetes semakin banyak dan akhirnya membasahi pipi dan bantalnya demi membayangkan keputusan apa yang akan diambilnya nanti, begitu berat bebannya, tak ada yang mampu mengerti, tak ada yang bisa membantunya. Hingga adzan subuh berkumandang tanpa disadari Laila, semalaman dia terus dan terus memikirkan langkah apa yang harus diambilnya.

"Apakah ini takdirku ya Allah?" ucapnya disela kesadarannya saat adzan subuh itu

Dan bukan hanya satu malam itu, berhari-hari hingga 2 minggu kemudian matanya terlihat seolah membengkak, kepribadiannya berubah menjadi tertutup, pikirannya selalu menerawang, di balik senyumnya yang berusaha agar terlihat biasa saja dihadapan orang tuanya.

Hingga suatu waktu di malam yang ke 14 hari sejak Laila mengalami kebimbangan memilih antara Yusran dan Badri....

Bersambung...

No comments:

Post a Comment

what do you think of?